Jakarta (Unas) – Guna memberikan wawasan mengenai implementasi terapi komplementer dalam pelayanan kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Nasional (Unas) lakukan seminar nasional, pada Sabtu (13/11) yang dilakukan secara virtual, kegiatan ini menghadirkan beberapa narasumber dan praktisi bidang kesehatan.
Ketua Panitia seminar nasional, Ns. Naziyah, S.Kep., M.Kep., mengatakan seminar ini diadakan karena semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam pengobatan komplementer saat ini.
“ Terapi komplementer merupakan bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai sistem modalitas dalam praktik kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan. Saat ini, banyak masyarakat yang beralih dari pengobatan modern ke komplementer ,” ujarnya.
Menjawab realitas tersebut, lanjut Naziyah, FIKES memandang perlu mengadakan seminar nasional untuk memajukan pendidikan dan profesi sebagai perawat dan bidan yang kompeten di bidangnya.
Dalam sambutannya, Dekan FIKES Unas, Dr. Retno Widowati, M.Si., mengatakan, seminar ini juga digelar untuk memperkuat visi dan misi program studi di FIKES Unas, yakni menjadi perawat yang unggul dibidang woundcare dan bidan yang unggul dalam bidang herbal medik dan asuhan komplementer.
“ Melalui kegiatan ini, kami ingin turut serta untuk mendukung kesehatan segenap bangsa dan masyarakat yang ada di Indonesia, sesuai dengan visi misi di FIKES Unas, ” imbuhnya. Pada kesempatannya Dekan FIKES menuturkan, seminar nasional ini juga merupakan rangkaian dari Dies Natalis Unas yang ke 72 tahun pada 15 Oktober 2021 lalu.
Hadir sebagai narasumber utama, Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kementerian Kesehatan RI, Dr. apt. IGM. Wirabrata, S.Si., M.Kes, MM. MH., mengatakan, berdasarkan riset tahun 2010, orang Indonesia banyak yang mengkonsumsi herbal untuk kesehatan. Hingga saat ini, penggunaan metode tradisional untuk kesehatan pun masih banyak ditemukan.
“ Pelayanan kesehatan tradisional atau yang sekarang disebut pelayanan komplementer memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya, dengan menggunakan tenaga kesehatan tradisional, manfaat dan keamanannya pun sudah terbukti secara ilmiah,” jelasnya.
Ia melanjutkan, cara pengobatan atau perawatan komplementer itu dapat berupa keterampilan dengan menggunakan teknik manual, terapi energi dan terapi olah pikir. Cara lainnya ialah dengan ramuan obat tradisional ataupun kombinasi yang memadukan antara keterampilan dan ramuan. Pelayanan tersebut dapat dilakukan secara mandiri perorangan ataupun praktik berkelompok.
“Adanya pengembangan pelayanan kesehatan komplementer itu sudah terbukti dengan didirikannya Griya Sehat Kemenkes yang merupakan perawatan oleh nakes tradisonal. Pelayanan kesehatan komplementer tersebut dapat dipertanggung jawabkan keamananya, digunakan secara rasional, tidak membahayakan kesehatan, serta memiliki potensi pencegahan penyakit,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dosen dan Praktisi Herbal Eko Julianto, Akep, S.Pd., M.Kes., mengatakan, saat ini terapi herbal juga bisa digunakan dalam perawatan luka. Salah satu tanaman yang terbukti dalam menyembuhkan luka ialah pegagan atau Centella asiatica.
“ Tanaman yang memiliki bau wangi dan rasa pahit itu memiliki banyak khasiat serta manfaat dalam mengobati penyakit. Berdasarkan riset yang saya lakukan, pegagan dapat berfungsi sebagai antioksidan dan anti inflamasi yang mampu melindungi sel saraf serta fungsi otak. Tanaman ini juga memiliki saponin untuk penyembuhan luka dengan menghambat produksi bekas luka, ” jelasnya.
Selain itu, tambahnya, pegagan juga memiliki khasiat baik untuk kulit yakni mengurangi peradangan, mempercepat penyembuhan luka dengan memperkuat jaringan kulit, meningkatkan suplai darah ke area luka, melembabkan kulit, serta mengatasi selulit dan strectch mark.
Sementara itu, Dosen Unas Dra. Suprihatin, M.Si., juga mengatakan, proses penyembuhan luka secara herbal juga dapat dilakukan melalui pengobatan ikan channa. Ikan yang populer disebut ‘sneakehead fish’ ini dinilai memiliki kandungan gizi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, albumin dan mineral, serta asam amino esensial.
“Ekstrak daging ikan channa dapat berfungsi sebagai anti inflamasi dalam proses penyembuhan luka, serta lendir dari bagian kulit dan usus mampu menunjukkan efek penghambatan terhadap bakteri, ” jelasnya.
Ia menuturkan, albumin dalam ikan channa juga berfungsi sebagai pengikat radikal bebas, pengatur tekanan osmotik dalam darah, sebagai dasar pembentukan kolagen, serta sebagai pengangkut atau transportasi nutrisi dan oksigen dalam penyembuhan luka.
Di sisi lain, Owner Indonesian Holistic Care Association (IHCA) Dr. Melyana Nurul Widyawati, S.Si.T., M.Kes., dalam paparannya mengatakan, pelayanan komplementer juga dapat dilakukan melalui terapi aromaterapi.
“ Aromaterapi merupakan sistem pelayanan pengobatan alternatif seperti akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, dan ayurveda. Bahan yang digunakan dalam aromaterapi adalah zat aktif yang diambil dari tumbuh-tumbuhan aromatik seperti ekstrak bunga, daun, akar, batang, ranting, biji, dan lain-lain yang memberikan efek stimulasi atau relaksasi, ” katanya.
Melyana melanjutkan, aromaterapi adalah seni dan ilmu dalam menggunakan minyak beraroma yang bisa mempengaruhi suasana hati dan memberikan efek penyembuhan mind, body, and spirit. Menurutnya, aromaterapi bisa memberikan terapi perawatan fisik dan emosi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesimbangan fungsional tubuh.
“Aromaterapi dapat dinikmati dengan cara dihirup, diminum, dikompres, pijat, penyegar ruangan, dan mandi aroma. Adapun aromaterapi yang saat ini dikenal oleh masyarakat diantaranya lavender, eucalyptus, peppermint, lemongrass, tea tree, serta turmeric oil,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ia mengatakan aromaterapi juga memiliki manfaat bagi ibu hamil yakni meringankan gejala mual dan muntah, meredakan kegelisahan dan kecemasan, serta membuat diri menjadi lebih tenang, rileks, dan tidak tertekan selama hamil.
Kegiatan ini juga diisi dengan pemaparan materi dari Founder Wocare Ns. Widasari Sri Gitardja WOC(ET) N, MARS, MBA. Ia menjelaskan mengenai perawatan luka modern yang saat ini sudah dilakukan oleh beberapa pelayanan kesehatan, yakni balutan modern.
“Balutan modern ini biasa digunakan untuk luka luar seperti penderita diabetes di kaki atau korban kecelakaan. Balutan modern tidak nyeri saat dibuka, dapat mengikat bakteri dan melindungi luka dari bakteri, serta menghentikan perdarahan,” jelasnya.
Widasari mengatakan, tenaga kesehatan harus memiliki kompetensi dalam merawat luka dengan memahami fisiologi dan proses penyembuhan luka, memahami nursing proses, serta memahami perawatan secara holistik.(NIS)