Nilainya nyaris sempurna. Selain menyelesaikan kuliah tepat waktu, juga mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.83. Inilai Audrey, wisudawati Program Pendidikan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional.
Nama lengkapnya, Audrey Talitha Salsabila., S.Kep. Wisudawati kelahiran Jakarta, tahun 1999 ini adalah anak pertama dari Maulana dan Triastuti.
Audry menjadi wisudawati yang dilantik bersama dengan 555 wisudawan Fikes Unas tahun akademik 2019/2020, yang dilaksanakan pada Sabtu, 28 November 2020. Namanya dipanggil sebagai wisudawati terbaik dan berhak mendapatkan cincin emas dari Rektor Universitas Nasional.
Tentu, kebahagiaan dan kebanggaan menyertai Audrey. Bagaimana pengalaman dan kiat-kiat suksesnya selama menjalani masa pendidikan di Ilmu Keperawatan Fikes Unas, berikut wawancaranya dengannya?
Selama kuliah, tentu Anda sudah berjuang dengan semangat dan usaha terbaik. Bagaimana perjuangan selama masa perkuliahan?
Perjuangan saya selama kuliah sekiranya tidak serumit mahasiswa lain, yang sambil bekerja atau mengurus rumah tangga. Kebetulan, kuliah saya masih dibiayai orangtua. Jadi, Alhamdulillah berjalan lancar.
Pada awalnya, memang ada rencana gap year untuk mengejar universitas negeri lagi. Karena memang masih bertekad untuk kuliah di universitas negeri. Tetapi orangtua meyakinkan bahwa tidak ada salahnya untuk berkuliah di universitas swasta, karena semuanya kembali lagi ke diri masing-masing, bagaimana cara dan sikap untuk menjalani dunia perkuliahan itu sendiri.
Saya termasuk pribadi yang menjalankan sesuatu apa adanya. Bukan pribadi yang ter-planning. Jadi, mendapatkan title menjadi mahasiswa terbaik di saat kelulusan ini merupakan sebuah hal yang tidak terpikirkan, dan saya anggap bonus.
Selama saya melakukan proses perkuliahan ini, saya juga bukan mahasiswa yang sangat aktif untuk mengikuti lomba dan semacamnya. Tetapi, setidaknya saya tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Keperawatan dan menjabat sebagai Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Dana Usaha.
Saya juga anggota Pengurus Harian Wilayah III ILMIKI, Direktoral Jendral Informasi dan Komunikasi.
Apa yang paling berkesan selama perkuliahan?
Hal yang berkesan selama proses kuliah adalah menemukan teman-teman baru, menemukan lingkungan baru yang mengharuskan untuk beradaptasi dengan semua hal.
Juga, Alhamdulillah memiliki dosen-dosen yang sangat baik. Sehingga memudahkan dalam semua proses pembelajaran. Banyak hal-hal bermakna saat menjalankan proses perkuliahan, terutama pada saat turun lahan untuk praktek lapangan.
Menemukan hal-hal baru yang tidak saya dapat di kampus, mengaplikasikan hal-hal yang sudah dipelajari, menemukan orang-orang baru yang membutuhkan perawatan, menjadi penolong untuk orang lain dan banyak hal lain yang berharga dan berkesan selama saya kuliah.
Apa saja kemudahan dan kesulitan yang didapatkan saat perkuliahan?
Kemudahan proses perkuliahan sangat banyak. Di antaranya, bapak-ibu dosen yang memang selalu berusaha menanggapi seluruh pertanyaan terkait mata kuliah, baik pada jam perkuliahan atau di luar jam kuliah.
Sarana dan prasarana kampus yang mendukung, apalagi fakultas memiliki laboratorium yang sangat baik dan lengkap. Jadi sangat memudahkan seluruh mahasiswa dalam melakukan praktek laboratorium.
Menemukan teman-teman yang memang sealiran dan searah pola pikirnya, termasuk kemudahan yang saya syukuri juga. Kebanyakan teman saya berasal dari SMK Kesehatan, yang memang pada dasarnya sudah tidak asing dengan segala pembelajaran yang didapatkan pada saat kuliah.
Mereka dengan sabar membagi ilmu kepada saya yang notabenenya adalah lulusan SMA Jurusan MIPA yang buta dengan segala praktek keperawatan ini. Ya, setidaknya paham karena waktu SMA kan ada mata pelajaran biologi.
Shout out untuk my bestie since day 1 perkuliahan: Desy, Fitri, Nadia, Indri, Meila yang telah menemani dalam proses perkuliahan selama ini, berbagi suka dan duka, nangis-nangis karena dimarahin dosen, salah ngerjain tugas dan masih banyak hal yang telah kita lewati.
Kesulitan yang dilalui, ya tidak banyak. Setidaknya ya saya harus membiasakan diri untuk berteman dengan semua alat dan tindakan keperawatan yang saat itu baru saya lihat dan pelajari.
Judul penelitian Anda adalah “Pengaruh Modern Dressing Dengan Terapi Ozone Bagging Terhadap Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum Di Wocare Center Bogor Jawa Barat 2020”. Bagaimana cerita saat melakukan bimbingan dan membuat karya ilmiah akhir tersebut?
Alhamdulillah dipertemukan dengan pembimbing yang sangat baik, yaitu Ibu Naziyah dan Bapak Tommy. Berawal dari bingung gimana cara nyusun skripsi, sampai menemukan judul yang dibantu Ibu Naziyah, diarahkan ke bidang wound care, hal baru dan sepertinya menyenangkan.
Sampai pada titik mengajukan judul dan Bab 1, lancar-lancar saja. Langsung acc Ibu Naziyah dan Pak Tommy, lalu pasti ada revisi judul sedikit-sedikit.
Sampai di titik stuck di Bab 1 selama hampir satu bulan, jarang bimbingan, karena menemukan titik jenuh dan tidak tahu harus mencari ide dan pencerahan kemana.
Mulai lagi di awal bulan November, karena sadar memang waktu semakin berkurang. Mulai cari data untuk kebutuhan latar belakang dan menyelesaikan Bab 1, datang bimbingan ke Bu Naziyah, dapat pencerahan dan muncul semangat lagi.
Sampai di titik mencari lahan penelitian, di waktu yang mepet, harus bolak-balik Depok-Bogor, lalu ke kampus karena masih ada perkuliahan pada saat itu.
Alhamdulillah, walaupun beberapa kali sempat digantung oleh lahan yang mengharuskan saya memikirkan second idea untuk merombak judul atau mencari lahan lain, akhirnya lahan mengizinkan untuk melakukan penelitian di sana.
Saat ingin turun lahan untuk ambil data skripsi, saya datang untuk bimbingan ke Pak Tommy selaku pembimbing 2, masalah mulai muncul dikarenakan ada satu dan lain hal yang membuat miscommunication antara saya dan beliau.
Tetapi memang pada dasarnya Pak Tommy sangat baik dan melihat progess skripsi saya yang memang berjalan baik, beliau kembali mengarahkan dan tidak jadi marah sama saya, he..he..he.. Thankyou pak!
Saat sudah turun lahan, awalnya memang masih bingung ada di lahan wound care. Hal baru yang mengharuskan saya terjun dan mengerti dengan cepat.
Alhamdulillah, pihak wocare semuanya welcome, mengajarkan hal-hal yang saya belum ketahui dan sangat hangat suasana kekeluargaan di sana. Stuggle bermunculan di tengah perjalanan pengambilan data, dari pasien yang tiba-tiba tidak pernah dating sampai pasien yang harus dirujuk ke rumah sakit yang menjadikan jumlah data pasien yang saya ambil berkurang drastis.
Harus memikirkan bagaimana cara agar data sesuai target. Pada akhirnya setelah mencari cara, akhirnya saya memutuskan untuk menambah waktu penelitian di sana agar jumlah target terpenuhi.
Shout out juga untuk teman se-per-tempat penelitian ku: Desy Khoirunisa, yang telah ada di setiap proses penyelesaian skripsi saya. Yang selalu menemani saat revisi dan mencari bahan untuk penyusunan skripsi ini, panas dan hujan yang telah kita lewati, menjadi teman kemanapun saya pergi untuk keperluan skripsi, sampai bolak balik perpustakaan nasional setiap hari hanya untuk ambil data di buku-buku yang hanya ada disana.
Kehilangan handphone saat penelitian, juga merupakan hal terburuk yang dialami. Pada sore itu, di depan stasiun Bogor, handphone saya yang berada di dalam tas paling bawah, yang tidak sama sekali terpikirkan akan dicopet, ternyata diambil oleh copet itu.
Sudah lapor ke Kepolisian, tapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Jadi ya hanya mengandalkan laptop saja saat penelitian ini berjalan.
Duka saat bimbingan tidak banyak dihadapi, karena memang saya mendapat dosen pembimbing yang sangat baik. Cuma ada dua hal yang saya inget banget. Pertama, saat itu janji bimbingan dengan Bu Naziyah jam 5 sore, setelah saya pulang dari wocare, hari itu hujan deras dan saya kebetulan sedang membawa kendaraan bermotor. Muncul ide mencari jalur yang bisa sampai Menara di jam 5 sore, diarahkan lewat Ciputat dan saya percaya sama google maps itu.
Sampai sudah di Ciputat ternyata banjir dan mengakibatkan kemacetan yang sangat panjang. Sudah konfirmasi Bu Baziyah kalau ada trouble seperti ini, masih terus mengejar gimana caranya bisa sampai Menara walaupun telat. Singkat cerita sampai di Menara pukul setengah 6 sore dengan keadaan basah kuyup dan mengetahui bahwa Bu Naziyah sudah pulang dan mengganti jadwal di hari esok.
Yang kedua saat dimarahin Pak Tommy karena tidak pernah bimbingan. Sekalinya bimbingan, pas saat sudah mau turun lahan untuk penelitian.
Terimakasih Bu Naziyah dan Pak Tommy yang telah memberikan segala ilmu pengetahuannya, memberikan waktu, tenaga dan bimbingannya dengan sabar kepada saya yang terkadang lemot. Sampai pada saat, dimana saya telah menyelesaikan skripsi ini dan melewati sidang dengan hasil yang memuaskan.(*unasnews)